Blogger Widgets

Jumat, 26 Agustus 2011

Penemuan TATA SURYA TERBESAR

Sebuah sistem tata surya yang terdiri dari satu bintang dan tujuh planet terdeteksi berjarak 127 tahun cahaya dari bumi. Diperkirakan, tata surya ini terbesar di alam semesta, dan melebihi matahari. 

Seperti dilansir Dailymail Rabu, 25 Agustus 2010, para astronom telah mempelajari sistem ini selama enam tahun dengan menggunakan instrumen penemu planet yang disebut HARPS spectrograph di La Silla, Chile.

"Ini merupakan penemuan luar biasa. Ini pun menunjukkan fakta bahwa kita memasuki era baru dalam penelitian exoplanet (planet di luar sistim tata turya): studi kompleks mengenai sestem planet," kata Christophe Lovis yang memimpin ilmuwan European Southern Observatory (ESO).

Dia menjelaskan bahwa studi pergerakan sistem planet ini mengungkap kompleksitas interaksi dari gravitasi antar planet. Temuan ini, kata dia, memberikan pencerahan bagi ilmuwan terkait evolusi jangka panjang sistem planet-planet ini. 

Pakar astronomi telah mengkonfirmasi keberadaan lima planet di sistem tata surya yang baru ditemukan ini dan sedang meraba-raba dua lainnya karena belum terjangkau. Jarak induk bintang tata surya ini mengikuti pola umum sebuah tata surya seperti matahari. Bintang induknya dinamai HD 10180, berada di bagian selatan kumpulan bintang Hydrus, dan berjarak 127 tahun cahaya.

Lima planet dalam tata surya ini mengorbit dari enam sampai 600 hari. Jarak planet-planet dari HD 10180 bervariasi mulai 0,06 sampai 1,4 kali jarak bumi-matahari. Sementara massanya berkisar antara 13 sampai 25 kali bumi. 

Dr. Lovis menambahkan para ilmuwan memiliki alasan cukup kuat untuk menyatakan bahwa dua planet lainnya memang ada. "Satu akan seperti Saturnus (dengan massa minimal 65 kali massa Bumi) dan mengorbit dalam 2.200 hari. Satu lagi, akan lebih kecil, sekitar 1,4 kali massa Bumi," jelasnya. 

Planet ini, kata dia, mungkin seperti bumi yang dipenuhi bebatuan. Namun, ilmuwan ragu di planet ini ada kehidupan, karena terlalu dekat dengan bintang induk sehingga sangat panas.

Planet "Berlian" Raksasa Ditemukan !

Tim astronom di Australia mengaku telah menemuka suatu planet eksotis di galaksi bima sakti. Planet itu bagaikan sebuah berlian. 

Planet ini, berjarak sekitar 4.000 tahun cahaya dari Bumi, jauh lebih padat dari yang lain dan sebagian besar terdiri dari karbon. Saking padatnya, tim astronom memperhitungkan bahwa karbon ini sejernih kristal, bahkan tidak jauh beda dengan berlian. 

Planet aneh ini mengorbit di sekitar sebuah bintang yang telah mati akibat supernova dan disebut sebagai millisecond pulsar baru atau bernama PSR J1719-1438. Ketua tim peneliti dari Universitas Swinburne di Melbourne, Matthew Bailes, memperkitakan bahwa planet ini memiliki diameter lima kali lipat dari bumi. 

"Kami sangat yakin bahwa planet itu memiliki kepadatan 18 kali lipat dari air," kata Bailes, seperti yang dikutip National Geographic, 25 Agustus 2011. "Ini berarti planet itu tidak dibuat dari gas seperti hidrogen dan helium seperti kebanyakan bintang, namun [terbuat] dari elemen-elemen yang lebih berat seperti karbon dan oksigen sehingga jadi mengkristal, mirip sebuah berlian," kata Bailes. 

Bailes dan timnya menemukan planet beserta bintang millisecond pulsar itu saat survei pulsar melalui teleskop radio di Observatorium Parkes, Australia. Pulsar merupakan sejenis bintang mati yang memancarkan sinar gelombang radio yang kuat dari sumbunya. Bila sinar-sinar tersebut melintas pandangan dari Bumi ketika bintang berotasi, teleskop radio di Bumi dapat mendeteksi denyut rutin bintang mati itu.   

Tim dari Swinburne telah membuat sketsa atas bentuk planet yang mirip berlian itu. Namun, kepastian apakah planet tersebut benar-benar berlian raksasa masih harus dibuktikan lebih lanjut. Tim astronom optimistis bakal menemukan planet-planet aneh lainnya. 

"Dengan makin canggihnya teknologi komputer, kami yakin akan menemukan lagi planet seperti ini," kata Bailes.

Rabu, 08 Juni 2011

Gerhana Bulan Total 16 Juni (Gerhana bulan total terlama tahun ini)

16 Juni 2011 mendatang Indonesia akan mengalami gerhana bulan total terlama untuk tahun ini. 
"Gerhana bulan total nanti akan terjadi sekitar 1,5 jam," kata Thomas Djamaluddin, profesor riset bidang astronomi dan astrofisika dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional kepada Media melalui sambungan telepon, Selasa 7 Juni 2011.
Total durasi gerhana, dari mulai gerhana bulan sebagian awal sampai akhir, kata Djamal, diperkirakan berlangsung selama 3 jam 20 menit, yakni dari pukul 01.22 WIB - 05.02 WIB. Durasi itu, Djamal menambahkan, lebih panjang dari gerhana bulan total yang juga akan terjadi pada 10 Desember 2011 mendatang.
Dibandingkan dengan gerhana bulan Desember nanti, gerhana 16 Mei ini juga memiliki peluang lebih besar untuk bisa dinikmati dengan mata telanjang, mengingat saat ini memasuki musim kemarau. "Gerhana bulan Desember nanti relatif lebih sulit diprediksi, karena berada di musim hujan," kata dia.
Djamal juga mengungkapkan, ini kesempatan bagi masyarakat untuk mengetahui kualitas lapisan atmosfer bagian atas (lapisan stratosfer yang berada di ketinggian di atas 5.000 meter dari permukaan bumi) yang mungkin selama ini 'dicemari' oleh akumulasi debu-debu vulkanik.
Pasalnya, debu-debu vulkanik yang sampai di lapisan atmosfer bagian atas, bisa bertahan hingga bertahun-tahun. Contohnya, letusan Gunung Pinatubo yang terjadi pada 1991 dan memakan ratusan korban jiwa, debu vulkaniknya bertahan hingga dua tahun.
Menurut Djamal, kualitas atmosfer itu bisa diukur dengan melihat kecerahan warna garis antara bayangan bumi dengan cahaya bulan. Bila warna cahaya bulan terlihat cerah dan tegas, maka kualitas atmosfer lebih baik. Tapi bila warnanya lebih gelap, maka kualitas atmosfer lebih buruk.
Djamal memisalkan, setelah letusan Gunung Tambora pada 1815 yang menewaskan sekitar 100 ribu jiwa, atmosfer lapisan bumi saat itu tertutup debu vulkanik sampai beberapa waktu sehingga saat gerhana bulan, garis antara bayangan bumi dengan cahaya bulan berwarna gelap dan baur.

Graphic of a lunar eclipse


Selain itu, Djamal juga menerangkan, ketika gerhana bulan total terjadi, maka bulan, bumi, dan matahari berada dalam satu garis dan secara teoritis potensi pelepasan energi tektonik atau vulkanik berada di titik maksimum. Sebab, saat itu gaya tarik yang dialami oleh bumi melebihi gaya tarik di waktu-waktu pasang biasa pada tiap awal dan tengah bulan.
"Secara teori peluang pelepasan energi di waktu itu berada di kondisi maksimum. Namun, kita tidak bisa memastikan kapan energi tersebut benar-benar dilepaskan sehingga bisa terjadi gempa atau letusan gunung berapi," kata Djamal.
Oleh karenanya, kata Djamal, sebaiknya kita tak terlalu mencemaskan hal itu. Sebaliknya menurut Djamal, ini merupakan kesempatan bagi masyarakat untuk menyaksikan gerhana bulan dengan lebih baik. "Kita bisa bangun lebih awal, melakukan salat gerhana, dan menyaksikan gerhana bulan yang relatif cukup panjang."

Dikutip Dari Viva

Sabtu, 21 Mei 2011

Kabar Baik Bagi Penduduk Bumi (Lubang Ozon Mengecil)

Untuk pertama kalinya, ilmuwan menemukan bukti yang meyakinkan bahwa lubang raksasa akibat polusi kimia di lapisan ozon terus menyusut. Artinya, kebijakan Protokol Montreal yang diterapkan sejak 22 tahun lalu menuai hasil.

Pada protokol yang ditandatangani tahun 1989 disepakati penggunaan chlorofluorocarbons (CFC), bahan beracun yang biasa digunakan pada penyejuk udara dan lemari es tidak boleh lagi digunakan.

Dari penelitian, pelarangan itu telah membantu planet Bumi memulihkan sebagian lapisan ozon pelindungnya.

Sebagai informasi, lubang ozon bukanlah benar-benar lubang, melainkan sebuah kawasan di atas kutub di mana lapisan ozon yang umumnya memiliki kandungan molekul O3 setebal sekitar 24 kilometer tergerus menjadi sangat tipis. Padahal, lapisan ini merupakan pelindung planet Bumi dari radiasi sinar Matahari.

Bukti-bukti bahwa lapisan ozon, khususnya di kawasan kutub selatan kembali menebal merupakan kabar gembira bagi kehidupan di dunia. Pasalnya, lapisan ozon mampu menyerap hingga 99 persen sinar ultraviolet frekuensi tinggi hingga Bumi bisa dihuni makhluk hidup.

Sebelum ini, ilmuwan pakar atmosfir menemukan bahwa jumlah CFC yang menyebabkan penipisan ozon di startosfir (salah satu lapisan di ketinggian antara 8 sampai 50 kilometer) di atas kutub utara, terus menurun.

Peneliti memperkirakan penurunan jumlah CFC berpotensi meningkatkan ketebalan lapisan ozon di kawasan itu. Namun selama ini peneliti belum bisa memastikannya. Salah satu alasannya, ketebalan lapisan ozon berfluktuasi secara dramatis dari musim ke musim. Sehingga besarnya lubang ozon sulit dilakukan.

Kini, sekelompok peneliti lingkungan yang diketuai Murry Salby, dari Macquarie University, Sydney, Australia, berhasil menemukan penyebab terjadinya fluktuasi ketebalan ozon. Dengan menghilangkan fluktuasi itu dari data yang dikumpulkan, peneliti bisa menghasilkan data perubahan sistematik pada lapisan ozon kutub selatan.

Pada laporan yang dipublikasikan di jurnal Geophysical Research Letters, peneliti mengalkulasi, kini lubang ozon di atas kutub selatan telah menyusut hingga 15 persen dibandingkan pada saat lubang ozon mencapai titik maksimalnya di tahun 1990-an.

“Temuan ini merupakan bukti yang dihasilkan dari penelitian yang meyakinkan seputar pulihnya lapisan ozon,” kata Adrian McDonald, ilmuwan pakar atmosfir dari University of Canterbury, Christchurch, Selandia Baru, seperti dikutip dari LifeLittleMysteries, 20 Mei 2011.

McDonald menyebutkan, temuan ini merupakan contoh di mana jika signifikansi data-data statistik cukup tinggi, Anda bisa melihat pola dengan lebih jelas dan  bisa meyakini data tersebut.


dikutip dari VIVA

Rabu, 18 Mei 2011

Badai Matahari 2013(Bagaimanakah Efeknya terhadap kehidupan Bumi?)

Sebuah ramalan menakutkan baru saja dipublikasikan badan antariksa NASA. Menurut sejumlah astronom Amerika, pada tahun 2013, matahari akan bangun dari hibernasi selama bertahun-tahun. Sayangnya, kondisi itu tak menguntungkan penghuni bumi.

Dampak 'bangunnya' matahari dari hibernasi tahunan mengakibatkan gangguan komunikasi satelit secara global. Alhasil, telekomunikasi di bumi diramalkan bakal kacau balau.

Dalam laporannya, yang dilansir Pravda, Jumat 1 Oktober 2010, Menteri Pertahanan AS Liam Fox mengatakan bahwa badai elektromagnetik yang sempurna di permukaan matahari akan berdampak bencana teknogenik di bumi.

Fox tidak sekadar omong kosong. Ramalannya diperkuat dengan statistik terbaru yang menunjukkan bahwa suhu permukaan matahari akhir-akhir ini meningkat pesat.

Badai matahari akan menghasilkan radiasi tingkat tinggi dan berpengaruh sangat besar bagi medan magnet bumi. Radiasi yang kemudian merusak seluruh gelombang elektromagnetik di bumi dan membuat bencana besar.

Bisakah Anda membayangkan bumi tanpa telekomunikasi? Hampir seluruh alat transportasi massal akan lumpuh, mulai dari kereta api, MRT, subway, dan tentu saja pesawat terbang. Segala bentuk navigasi yang berbasis GPS dan berhubungan dengan satelit akan terkena imbas. Jaringan mobile dan radio akan lenyap.

Tak perlu heran. Liam Fox sempat mengatakan bahwa masyarakat di bumi sangatlah tergantung dengan teknologi. Sehingga membuat seluruh manusia di dalamnya rentan. Ini tak bisa dipungkiri.

Pelindung bumi kali ini tak mampu mengatasi kisruh yang dikirimkan matahari, yang mana langsung menyebabkan gangguan pada seluruh komputer. Bahkan, menurut Daily Mail, berbagai aktivitas sistem perbankan juga mengalami hal serupa.

Ini memang hanya sekadar ramalan. Tapi, jika kemungkinan ini terjadi, arus listrik di dunia lumpuh. Bisa memakan waktu beberapa jam, bisa juga berbulan-bulan. Tergantung seberapa besar dampak dari badai matahari tersebut.

"Untuk mengatasi kemungkinan terburuk, kita harus mengantisipasinya dari sekarang. Jangan terlambat setelah semuanya lumpuh," ujar Fox.

Para ahli menginvestigasi aktivitas matahari selama 11 tahun terakhir. Di tahun-tahun sebelumnya, aktivitas matahari cukup tenang. Namun, menurut ahli, masa itu adalah masa tenang sebelum badai.

Kini, Cincin api di matahari, siap beterbangan dari permukaan dalam waktu dekat, sekitar 2-3 tahun lagi. Kekuatannya luar biasa; seratus bom hidrogen per cincin. Jika kekuatan destruktif itu sampai ke bumi akan menyebabkan kerusakan besar dan kerugian ekonomi mahadahsyat. Kekuatannya diperkirakan 20 kali lebih besar dari Badai Katrina yang cukup terkenal.

Liam Fox, begitu pun para ahli, memaparkan ramalan sesuai investigasi bertahun-tahun. Gejolak api matahari adalah manifestasi terkuat di permukaan matahari. Kekuatan gejolak api yang besar bisa mencapai 1032 erg, 100 kali lebih kuat dibandingkan energi termal yang bisa dibentuk dari pembakaran seluruh minyak dan cadangan batu bara di perut bumi.

Jika gejolak api matahari tak sampa, masih ada ancaman lain untuk bumi. Aliran terkuat korpuskular siap mengganggu medan magnet di planet Bumi dan membuat karakteristiknya berubah seketika. Partikelnya bergerak dengan kecepatan super 400-1000 km per detik, sehingga bisa mencapai bumi dalam waktu 1-2 hari saja. Proses inilah yang disebut badai magnetik.

dikutip dari VIVA 

Senin, 24 Januari 2011

Crop circle @ sleman Indonesia

siapakah yang membuat crop circle ini

manusia ataukah alien?????

Perhatikan Gambar dibawah ini












apakah anda tau siapa yang membuatnya????



silahkan berikan komentar anda!!!!
terimakasih! ^_^


Jumat, 14 Januari 2011

Karya ilmiah part 2

ini saya ada file karya ilmiah

SILAHKAN DOWNLOAD

Karya ilmiah

Ini saya punya file contoh karya ilmiah
kalau mau ini

KLIK INI



Terimakasih.......

Chatbox

Copyright © 2011 Template Doctor . Designed by Malith Madushanka - Cool Blogger Tutorials | Code by CBT | Images by by HQ Wallpapers